family
surat untuk anakku
Untuk Anakku…
Anakku!
Hari-hari yang lewat terasa begitu cepat
Dan rasanya kami belum pernah mengucapkan terima kasih
Atas kebersamaan kita.
Entahlah, kami merasa perlu untuk itu
Untuk sekedar mengucapkan syukron dan syukur
Atas semuanya
Selama ini.
Anakku!
Sesungguhnya kamu telah banyak memberi:
Kau telah memberi kami hidup baru
Kau telah membuat hidup kami semakin berwarna
Dengan tangis, senyum dan tawa renyahmu.
Dengan teriakkan, jeritan dan suara bisingmu.
Dengan coretan serta gambar-gambarmu
Dengan celotehan dan lagu-lagumu
Dengan gurau dan cerita fantasimu
Dengan rayuan, rengekkan dan marahmu
Dengan canda dan segala tingkah-lakumu
Dengan apa-pun yang ada…
Anakku!
Kaulah yang membuat rumah kami bertambah hidup
Dan jiwa kami semakin bernyawa,
Ada energi baru kami rasakan setiap harinya
Capeknya bunda di rumah dan Ayah di kantor
Akan hilang ketika kita bertemu, bercanda dan kumpul bersama
Aneh sekali…!
Bahkan kami seperti berada di dunia lain
Kami semakin merasa sebagai manusia
Dengan segala dinamika dan aneka rupa makna
Tidak pernah kami rasakan sebelumnya
Beragam aksi baru yang kami hadapi
Sungguh, sangat menguras emosi
Menuntut kejernihan pikiran dan membutuhkan kelapangan hati
Hati kami menjadi semakin penuh melimpah
dengan kasih sayang
Jiwa kamipun semakin kaya dengan cinta
Benar, kami jadi semakin paham apa arti cinta.
Anakku!
Tak ada yang lebih membahagiakan kami
Kecuali dengan kehadiranmu
Karna Kaulah anugerah terbesar dalam hidup kami
Allah memberi kami amanat besar dengan kehadiranmu,
Kami sadar, bahwa ini bukan main-main,
Bahwa ini bukan tugas ringan,dan asal-asalan
Ini adalah tugas berat, bahkan sangat berat
Sesungguhnya, tugas yang banyak membutuhkan ilmu dan keterampilan
Tanggung jawab dan perhatian,
Kesabaran dan pengorbanan
Cinta dan kasih sayang,
Entah apalagi…
Dan yang lebih dari itu,
Karena semua ini adalah amanah
Yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak
Ketika Kami, para orang tua tak bisa lagi menghindar
Dari segala kesalahan dan kekhilafan
Keingkaran dan penyimpangan
Tapi anakku,
Allah sudah takdirkan, tak ada seorangpun
Dari orang tua yang kecewa, marah atau bersedih
Dengankehadiran anaknya.
Hanya orang-orang yang jauh dari hidayah-Nya saja
Yang merasa seperti itu.
Semua menyambut dengan suka cita, tawa dan bahagia.
Maka, meski dirasa berat dan sulit
Tapi kami tetap dan harus melakukan ini,
Menjaga, merawat dan mendidikmu.
Kami selalu menjagamu agar terhindar dari berbagai ganguan
Kami merawatmu agar selalu sehat dan kuat
Kami mendidikmu agar tumbuh dengan akhlak mulia dan ibadah pada-Nya.
Anakku…!
Kami selalu belajar untukmu, tentangmu dan darimu
Belajar untuk bisa memberimu yang terbaik yang kami bisa
Namun kenyataannya, Kamu-lah yang banyak mengajarkan kami
Kau ajarkan kami bagaimana mencintai
Kau ajarkan kami bagaimana mengasihi
Kau ajarkan kami bagaimana melimpahkan kasih sayang
Kau ajarkan kami makna kesabaran, pengorbanan dan perhatian
Kau ajarkan kami arti memaafkan, lapang dada dan harapan
Bahkan anakku,
Sesungguhnya kau telah mengajarkan kami arti kehidupan itu sendiri.
Anakku
Maafkan kami jika kami belum banyak memberi
Dengan segala keterbatasan kami
Dengan kekurangan yang yang ada di sana-sini
Dengan selaut kelemahan dan segunung kebodohan kami
Kami merasa betul bahwa kami belum melakukan dengan baik
Peran kami sebagai orang tua
Dan tentu saja kamu berhak mendapatkan yang terbaik
Tapi ada satu hal yang harus kamu tahu
Bahwa kami tak pernah henti untuk memperbaiki diri
Dari kekurangan-kekurangan kami
Tentu saja kami punya harapan besar terhadapmu
Harapan yang akan membawa kami pada kebaikan
Keselamatan, dan kesejahteraan.
Kami mungkin salah dalam berkata dan berbuat
Kami mungkin keliru dalam banyak keputusan kami
Tapi yakinlah anakku,
Bahwa kami tidak dengan sengaja melakukan itu
Jikapun sadar,kami tidak nyaman dengan keadaan itu
Meski dengan kondisi seperti itu,
Kami takan pernah berhenti memberimu
Memberi segala yang kau perlukan
Memberi apa saja yang kami punya
Namun sekali lagi anakku,
Benar, kami tidak bisa memberimu banyak harta,
tapi kami punya sesuatu yang tak pernah habis-habisnya
melimpah selalu setiap harinya
dan semakin banyak saja rasanya,
itulah cinta anakku!!
Bahwa cinta kami padamu takan pernah putus
Terus dan terus mengalir,
Takan pernah kami hentikan
Dari hati kami yang dalam ini,
Kami berikan limpahan cinta kami selamanya
Sebesar-besarnya
Padamu,
Anak-anaku…!
Semoga cinta inilah yang bisa mengantarkanmu
Sampai ke tujuan
Semoga cinta inilah yang bisa mejadi bekalanmu
Mengarungi kehidupan
Semoga cinta ini pula yang menyelamatkanmu di hari kemudian
Hari yang luar biasa penuh kesulitan,
Dan cinta ini pula yang bisa menyelamatkan kami
Dari pertanyaan Allah
Tentang kewajiban yang harus dilaksanakan
Memberi warna dan arah dalam kehidupanmu di dunia.
Untuk anak-anakku tercinta;
Asma, Kholid, Syahid, Urwah, Aisyah dan Hasan
Semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan padamu semua
Dari Abi / Umi, cinta kami tak pernah putus untukmu
Read Full Post | Make a Comment ( 1 so far )
empat syair untuk anakku
Empat Syair Untuk Anakku
Syair pertana tentang si sulung Asma Wafia
Putrid Abu Bakar kuambil nama darinya
Mujahidah sejati yang tegar dan setia
Bersama Zubair menjadi istri utama
Ibu mulia yangmengantar anak-anaknya ke surga
Sekarang enam tahun sudah usianya
Di kelas satu kini ia bersekolah
Membaca dan menulis dikuasainya sudah
Sejak awal kuajari pula perilaku mulia
Kini selalu berkerudung setiap keluar rumah
Saying pada adik bahkan sering kalimengalah
Membantu di dapur meski sekedar membuang sampah
Membaca dan bermain boneka kesenangannya
Satu hal yang istimewa
Tanggal kelahirannya setiap tahun meriah
Karena 5 Oktober TNI juga merayakannya.
Syair kedua tentang si pedang Allah
Anakku yang kedua Kholid Syaifulloh
Sang penakluk yang tak pernah kalah
Meski dengan 70 luka di dada
Sangat berharap menjadi syahid di laga
Walau akhirnya wafat di temapt tidurnya
Aku berharap anakku berani dan gagah
Tapi karena itu pula istriku cemas terkadang marah
Karena terlalu tinggi memanjat pohon jambu di depan rumah
Adik dan kakak menangis karena ulahnya
Namun yang membuatku bahagia
Rasa ingin tahunya yang luar biasa
Apa saja ia Tanya
Aku dan istriku selalu repot menjawabnya
“Mi dari mana datangnya angina?”
Istriku terkesima tak tahu harus menjawab apa
Dengan lirih akhirnya ia berkata
“Allah ciptakan angina untuk kita.”
Ia sendiri tak yakin apakah anakku bis amenerima
Kurasa, di rumah mesti ada ensiklopedia
Agar membantu menjawab pertanyaannya
Supaya anakku semakin kaya
Dari jawaban yang diterimanya.
Syair ketiga tentang putraku berikutnya
Tiga setengah tahun sudah usianya
Syahid Husein kuberi nama
Karena di abad lalu tepat di tanggal yang sama
huseinbinAli syahid bersimbah darah dianiaya
dihadang seribu pedang pasukan berkuda
di tengah kegersangan padang Karbala
10 Muharram tepatnya 61 Hijriyah angka tahunnya
Seperti juga Husein bin Ali yang pemberani
Anakku tak pernah takut
Berlari memanjat melompat atau bergulat
Melempar, menangkap atau saing dorong adu kuat
Berteriak gembira, tertawa bahagia
Sebentar menjerit, sebentar mengaduh
Kadang menangis kadang mengaduh
Sempurnalah kebisingan rumahku.
Syair keempat tentang putraku yang bungsu
Badannya gemuk padat berisi lemak susu
Terlihat sehat, lincah dan lucu
Usianya genap 12 bulan berlalu
Aaa… eeee sudah bisa ia tiru
Jika ada azan atau orangmengaji
Kadang ia diam tanpa ekspresi
Ia kembali bersuara ketika ada yang bernyanyi
Sambil menggoyangkan badannyake kanan dan ke kiri
Awalnya agak lama kumencari nama
Salman, Bilal ataukah Hamzah
Akhirnya kupilih Urwah Utsmani
Urwah artinya simpul ikatan hati
Seorang tabi’in anak Zubair sahabat nabi
Ahli ilmu guru besar di masjid nabawi
Sedang Utsmani kusandarkan ke nama Utsman :
Utsman bin Affan yang pemurah
Daulah Turki Utsmani yang megah
Utsman bin Disan kakekku yang bersahaja.
(untuk anak-anakku tercinta,
Cimanggis, 11 Desember 1999)
Read Full Post | Make a Comment ( 2 so far )